asal usul danau toba |
Melihat dari umurnya, harusnya samosir sudah pas dan pantas jikalau dia memiliki pendamping hidup (istri). Akan tetapi rupanya samosir jauh dari jodoh. Sampai umurnya yang sekarang ini samosir masih membujang, alias belum memiliki seorang istri. Tetapi sepertinya hal tersebut tidak mengganggu kehidupannya.
Suatu hari, entah mengapa samosir ingin sekali memancing. Setelah bersiap akhirnya dia segera pergi ke pinggiran kali untuk memancing. Tidak berapa lama akhirnya kail samosir ditarik-tarik ikan yang mrmakan pancingnya. Segeralah samosir menarik dengan kuat pancingannya. Merasa kaget dan senang samosir mendapatkan ikan tangkapan yang cukup besar. Sambil mengangkatnya samosir mengagumi ikan tersebut. Ikan tersebut terlihat sangat cantik dan indah, sisiknya berwarna merah keemasan, dan matanya terlihat belok. Lebih terkejut lagi, ikan tersebut berbicara kepada samosir "Tuan, tolong jangan kamu makan aku. Aku bersedia melakukan apapun demi tuan. Aku berjanji akan menemani tuan seumur hidup, aku mohon tuan" ratapan dan harapan sang ikan.
Karena terkejut, samosir menjatuhkan ikan tersebut. Bersamaan dijatuhkannya okan tersebut, berubahlah menjadi seorang gadis yang sangat cantik sekali. Hingga membuat samosir terpana dan kagum. Lantas gadis tersebut berbicara lagi kepada samosir "Tuan, aku bersedia menjadi istrimu, dan akan menemanimu sepanjang hidup tuan. Terimakasih sudah menyelamatkan aku dari kutukan dewa". Karena kecantikan gadis tersebut samosir langsung jatuh hati dan mengiyakan saja.
Akan tetepi putri tersebut meminta syarat, jikalau suatu saat nanti dalam rumah tangga mereka terjadi pertengkaran, semarah apapun samosir dilarang mengucapkan segala sesuatu yang berbau ikan. Samosir menhetujui persyaratan tersebut.
Akan tetepi putri tersebut meminta syarat, jikalau suatu saat nanti dalam rumah tangga mereka terjadi pertengkaran, semarah apapun samosir dilarang mengucapkan segala sesuatu yang berbau ikan. Samosir menhetujui persyaratan tersebut.
Kemudian samosir membawa pulang putri tersebut kerumahnya untuk kemudian dinikahi. Rupanya mereka berdua memang memiliki kesamaan rajin dalam bekerja. Samosir dan putri tersebut hidup bahagia dan berkecukupan. Meskipun banyak tetangga kanan dan kiri yang sering menuduh samosir memiliki peliharaan makhluk halus, karena samosir begitu maju dan kaya, akan tetapi samosir dan istrinya cuek dan tidak menanggapinya.
Kebahagiaan samosir dengan istrinya bertambah, ketika mereka diberikan anugerah seorang anak laki-laki. Hari demi hari mereka membesarkan anak tersebut. Setelah beranjak remaja, rupanya anak samosir memiliki sifat yang nakal. Tidak hanya nakal, anak tersebut juga sangat rakus. Tidak jarang jatah makanan ayah bundanya dia makan juga.
Hari itu seperti biasa, samosir pergi ke sawah untuk mencangkul. Biasanya setiap siang hari isterinya selalu mengantarkan makan siang ke sawah. Ternyata pas hari tersebut isteri samosir sedang ada keperluan, sehingga dia meminta anaknya untuk mengantarkan makan siang ke sawah untuk ayahnya. Akan tetapi memang dasar bocah nakal, belum sampai ke sawah makanan ayahnya dia makan sampai habis. Tidak meneruskan perjalanan ke sawah, anak samosir tersebut malah kembali bermain dengan teman-temannya.
Siang berganti menjadi sore, samosir benar-benar merasakan amat sangat kelaparan. Dengan perasaan merah dia pulang memarahi isterinya. Setelah anaknya pulang, juga dimarahi habis-habisan oleh samosir. Terlebih setelah samosir tahu, bahwa jatah makan siangnya dimakan oleh puteranya. Dengan nada keras, samosir berkata "DASAR KAMU INI ANAK NAKAL, ANAK IKAN, TIDAK TAHU DI UNTUNG, RAKUS!", bertepatan dengan apa yang dikatakan samosir, istri dan anaknya menghilag. Dari bekas pijakan isterinya muncul pancaran mata air yang sangat besar, lama kelamaan semakin besar dan air memenuhi seluruh kampung membentuk sebuah danau.
Seketika samosir tersadar bahwa dia telah melakukan kesalahan dengan menyebut nama ikan. Dia sudah melanggar janjinya. Dia menyebar pandangannya ke setiap sudut untuk mencari anak dan sitrinya, tetapi sudha terlambat, karena anak dan isterinya sudah hilang dan lenyap bagaikan tertelan bumi
Hari itu seperti biasa, samosir pergi ke sawah untuk mencangkul. Biasanya setiap siang hari isterinya selalu mengantarkan makan siang ke sawah. Ternyata pas hari tersebut isteri samosir sedang ada keperluan, sehingga dia meminta anaknya untuk mengantarkan makan siang ke sawah untuk ayahnya. Akan tetapi memang dasar bocah nakal, belum sampai ke sawah makanan ayahnya dia makan sampai habis. Tidak meneruskan perjalanan ke sawah, anak samosir tersebut malah kembali bermain dengan teman-temannya.
Siang berganti menjadi sore, samosir benar-benar merasakan amat sangat kelaparan. Dengan perasaan merah dia pulang memarahi isterinya. Setelah anaknya pulang, juga dimarahi habis-habisan oleh samosir. Terlebih setelah samosir tahu, bahwa jatah makan siangnya dimakan oleh puteranya. Dengan nada keras, samosir berkata "DASAR KAMU INI ANAK NAKAL, ANAK IKAN, TIDAK TAHU DI UNTUNG, RAKUS!", bertepatan dengan apa yang dikatakan samosir, istri dan anaknya menghilag. Dari bekas pijakan isterinya muncul pancaran mata air yang sangat besar, lama kelamaan semakin besar dan air memenuhi seluruh kampung membentuk sebuah danau.
Seketika samosir tersadar bahwa dia telah melakukan kesalahan dengan menyebut nama ikan. Dia sudah melanggar janjinya. Dia menyebar pandangannya ke setiap sudut untuk mencari anak dan sitrinya, tetapi sudha terlambat, karena anak dan isterinya sudah hilang dan lenyap bagaikan tertelan bumi
No comments:
Post a Comment